Kita kata “astaghfirullah” tapi hati masih gemar akan maksiat.
Kita kata “wa atubu ilaih” tapi jasad masih melakukan dosa sama.
Kita kata “wa nadimna ya Allah” tapi kesilapan lalu masih kita ulangi.
Kita kata “wa atubu ilaih” tapi jasad masih melakukan dosa sama.
Kita kata “wa nadimna ya Allah” tapi kesilapan lalu masih kita ulangi.
Kita kata “subhanallah” tapi kita tidak mampu menghayatinya.
Kita kata “alhamdulillah” tapi kita masih tidak bersyukur dengan kurniaanNya.
Kita kata “Allahuakbar” tapi cinta kita lebih kepada dunia.
Kita kata “alhamdulillah” tapi kita masih tidak bersyukur dengan kurniaanNya.
Kita kata “Allahuakbar” tapi cinta kita lebih kepada dunia.
Kita kata “ma fi qalbi ghairullah” tapi masih ada ruang di hati kita untuk insan yang tidak halal.
Kita kata “aku tak layak ke syurga, tapi aku tak sanggup ke nerakaMu” namun kita hidup di dunia seakan-akan kuat untuk rasa pedih api neraka.
Kita kata “aku tak layak ke syurga, tapi aku tak sanggup ke nerakaMu” namun kita hidup di dunia seakan-akan kuat untuk rasa pedih api neraka.
Kita kata kita ingin mendekatiNya,
Namun amal kita tak seiring dengan kata-kata kita.
Namun amal kita tak seiring dengan kata-kata kita.
Saya malu dengan sepasang mata kurniaanMu ini,
Kerana air mata yang mengalir seakan-akan sia-sia.
Saya malu dengan tangan yang sudah lelah mengelap air mata,
Kerana tingkah laku pemiliknya ini tidak menggambarkan saya kesal.
Bahkan saya malu dengan sang burung yang berkicau,
Kerana saya insan yang dinodai dosa..
Sedang sang burung tidak disentuh walau sekelumit dosa.
- Anonnymous, of Tumblr.
Kerana air mata yang mengalir seakan-akan sia-sia.
Saya malu dengan tangan yang sudah lelah mengelap air mata,
Kerana tingkah laku pemiliknya ini tidak menggambarkan saya kesal.
Bahkan saya malu dengan sang burung yang berkicau,
Kerana saya insan yang dinodai dosa..
Sedang sang burung tidak disentuh walau sekelumit dosa.
- Anonnymous, of Tumblr.
No comments:
Post a Comment